07/12/2024

2.3.a.8. Koneksi Antar Materi – Modul 2.3

Koneksi Antar Materi Modul 2.3


(Video Demonstrasi kontekstual Siklus 3)

Proses pendidikan bertujuan untuk “menuntun” semua potensi alami anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai individu dan anggota masyarakat. Guru membimbing murid dengan menggunakan Sistem Among, yang mencakup prinsip “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, serta memperkuat keterampilan komunikasi antara guru dan murid melalui pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani menjadi fondasi dalam pendekatan proses Coaching. Sebagai seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani, penting bagi kita untuk memahami dan menginternalisasi cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum menerapkan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi melalui proses coaching adalah dialog emansipatif antara guru dan murid yang berlangsung dalam suasana penuh kasih dan persaudaraan. Oleh karena itu, empat cara berpikir ini dapat membantu guru mengembangkan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap interaksi dan proses pembelajaran.

Seorang guru penggerak harus mampu menjalankan nilai dan peran sebagai pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan siswa (student agency), dan menggerakkan komunitas praktisi. Dari lima peran ini, yang sejalan dengan modul 2.3 terkait Coaching untuk supervisi akademik adalah peran sebagai Coach bagi guru lain. Teknik coaching yang diterapkan dalam supervisi akademik lebih efektif dibandingkan teknik lain karena melalui coaching, seorang coachee dapat menemukan potensi positif dalam dirinya serta potensi lain di sekitarnya sebagai solusi atas masalah yang dihadapi. Untuk menjadi pembimbing yang baik, seorang guru harus menerapkan dan memiliki pemikiran yang mencakup paradigma berpikir coaching dan prinsip coaching.

Berikut adalah beberapa definisi coaching menurut para ahli:

  1. John Whitmore: Coaching adalah proses untuk mengembangkan potensi seseorang demi memaksimalkan kinerjanya. Ini lebih tentang membantu mereka belajar daripada mengajari mereka.
  2. Sir John Whitmore (dalam bukunya “Coaching for Performance“): Coaching adalah seni membimbing seseorang untuk memperbaiki kinerja, belajar, dan berkembang. Ini adalah percakapan yang menantang dan mendukung, dengan tujuan mendorong individu untuk menemukan solusi mereka sendiri.
  3. International Coaching Federation (ICF): Coaching adalah kemitraan dengan Coachee dalam proses yang menggugah pikiran dan kreatif yang menginspirasi mereka untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka.
  4. Anthony Grant: Coaching adalah kolaborasi yang berfokus pada solusi, yang sistematis, dan biasanya diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu dalam kehidupan pribadi atau pekerjaan.
  5. Myles Downey: Coaching adalah cara untuk mendukung orang lain dalam mencapai tujuan mereka, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, serta meningkatkan kinerja melalui percakapan yang menggugah dan reflektif.
  6. Whitmore, Gallwey, dan Downey: Semua menekankan bahwa coaching lebih tentang membantu individu untuk belajar melalui eksplorasi diri dan menemukan solusi sendiri daripada memberikan instruksi atau mengajar secara langsung.

Paradigma berpikir coaching melibatkan beberapa prinsip kunci yang menjadi dasar pendekatan dan praktik coaching. Berikut adalah beberapa paradigma berpikir coaching:

  1. Coachee adalah ahli dalam hidup mereka sendiri:

Paradigma ini berfokus pada keyakinan bahwa individu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya untuk menemukan solusi terbaik bagi diri mereka sendiri. Sebagai coach, tugasnya adalah memfasilitasi proses ini, bukan memberikan solusi.

  1. Fokus pada potensi, bukan masalah:

Coaching lebih menitikberatkan pada pengembangan potensi dan kekuatan individu, daripada hanya berfokus pada masalah atau kekurangan. Ini mencakup pencarian solusi dan tindakan proaktif.

  1. Hubungan yang setara dan kolaboratif:

Coaching didasarkan pada hubungan yang setara antara coach dan Coachee, di mana ada saling menghormati, kepercayaan, dan kerjasama. Coach dan Coachee bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

  1. Proses yang berpusat pada Coachee:

Proses coaching berfokus pada kebutuhan, tujuan, dan agenda Coachee. Coach mendengarkan dengan seksama dan menyesuaikan pendekatannya untuk mendukung Coachee dalam mencapai hasil yang diinginkan.

  1. Pentingnya mendengarkan dan bertanya:

Coaching melibatkan keterampilan mendengarkan aktif dan bertanya secara efektif. Pertanyaan yang kuat dapat membantu Coachee untuk berpikir lebih dalam, memperoleh wawasan baru, dan menemukan solusi.

  1. Fokus pada tindakan dan hasil:

Paradigma coaching mendorong Coachee untuk mengambil tindakan konkret dan mengevaluasi hasilnya. Ini melibatkan perencanaan langkah-langkah yang jelas dan mengukur kemajuan secara terus-menerus.

  1. Pembelajaran berkelanjutan dan pengembangan diri:

Coaching adalah proses yang berkelanjutan, di mana Coachee terus belajar, berkembang, dan beradaptasi. Coach mendukung Coachee dalam refleksi diri dan pengembangan berkelanjutan.

  1. Empati dan dukungan tanpa penilaian:

Seorang coach berperan untuk mendukung Coachee tanpa memberikan penilaian atau kritik. Empati adalah kunci dalam membangun hubungan yang mendukung dan memungkinkan Coachee untuk merasa nyaman dalam eksplorasi diri.

  1. Pengakuan akan keunikan individu:

Setiap individu adalah unik dengan pengalaman, nilai, dan tujuan yang berbeda. Coaching menghormati dan merangkul keunikan ini dalam pendekatannya.

Sedangkan prinsip-prinsip coaching merupakan pedoman yang membantu coach dalam menjalankan proses coaching secara efektif. Berikut adalah beberapa prinsip utama coaching:

  1. Berfokus pada Klien:

Coaching harus selalu berpusat pada kebutuhan, tujuan, dan agenda Coachee. Coach harus mendengarkan dengan cermat dan menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan keinginan Coachee.

  1. Kemitraan yang Setara:

Hubungan antara coach dan coachee adalah kemitraan yang setara di mana ada saling menghormati dan kepercayaan. Coach tidak bertindak sebagai otoritas tetapi sebagai mitra yang mendukung.

  1. Menghargai Potensi Coachee:

Coach percaya bahwa setiap individu memiliki potensi yang luar biasa. Fokus utama coaching adalah membantu klien mengenali dan mengembangkan potensi tersebut.

  1. Mendengarkan Aktif:

Coach harus mendengarkan secara aktif, tidak hanya mendengar kata-kata tetapi juga memahami emosi, makna, dan konteks di balik kata-kata coachee.

  1. Bertanya yang Memprovokasi Pemikiran:

Pertanyaan-pertanyaan yang kuat dan provokatif membantu coachee untuk berpikir lebih dalam, menemukan wawasan baru, dan melihat masalah dari perspektif yang berbeda.

  1. Empati dan Dukungan Tanpa Penilaian:

Coach harus menunjukkan empati dan mendukung coachee tanpa memberikan penilaian atau kritik. Lingkungan yang aman dan mendukung penting untuk keberhasilan proses coaching.

  1. Fokus pada Solusi dan Tindakan:

Coaching bertujuan untuk menemukan solusi dan mendorong coachee untuk mengambil tindakan konkret. Coach membantu klien merumuskan langkah-langkah yang jelas dan realistis untuk mencapai tujuan mereka.

  1. Pembelajaran Berkelanjutan:

Coaching adalah proses yang berkelanjutan yang mendorong coachee untuk terus belajar dan berkembang. Refleksi diri dan evaluasi terus-menerus adalah bagian penting dari proses ini.

  1. Mengembangkan Kesadaran Diri:

Coach membantu coachee untuk mengembangkan kesadaran diri yang lebih besar, memahami kekuatan dan kelemahan mereka, serta bagaimana mereka dapat memanfaatkan ini untuk mencapai tujuan.

  1. Menghormati Keunikan Individu:

Setiap coachee adalah unik dengan pengalaman, nilai, dan tujuan yang berbeda. Coach harus menghormati dan menyesuaikan pendekatannya untuk memenuhi kebutuhan individu coachee.

Selain kedua hal di atas yang perlu dimiliki dan diterapkan, seorang guru juga harus memiliki tiga kompetensi inti coaching untuk melaksanakan proses coaching dengan baik, yaitu:

Kehadiran Penuh

Kehadiran penuh (presence) adalah kemampuan untuk benar-benar hadir sepenuhnya bagi coachee, atau yang dikenal dalam coaching sebagai coaching presence, di mana tubuh, pikiran, dan hati selaras selama percakapan coaching. Kehadiran penuh ini merupakan bagian dari kesadaran diri yang akan mendukung munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lainnya selama sesi coaching.

Mendengarkan Aktif

Salah satu kemampuan penting dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan secara aktif, yang sering disebut sebagai menyimak. Seorang coach yang efektif akan lebih banyak mendengarkan dan berbicara lebih sedikit. Dalam sesi coaching, perhatian utama dan fokus komunikasi seharusnya tertuju pada coachee, yaitu lawan bicara. Dalam konteks ini, coach perlu menyingkirkan agenda pribadi atau pemikiran pribadi, termasuk penilaian terhadap coachee.

Mengajukan Pertanyaan Berbobot

Dalam sesi coaching, keterampilan penting lainnya adalah mengajukan pertanyaan yang berorientasi pada tujuan atau pertanyaan yang bermakna. Seorang coach mengajukan pertanyaan yang diharapkan dapat mendorong pemikiran dan merangsang ide-ide baru dalam diri coachee, mengungkapkan emosi atau nilai-nilai yang ada, serta memotivasi coachee untuk mengambil tindakan yang mendukung pengembangan diri dan kompetensinya.

Salah satu sumber yang dapat dijadikan acuan untuk mengajukan pertanyaan bermakna kepada coachee adalah hasil dari mendengarkan secara aktif, yang dikenal dengan R-A-S-A. RASA adalah singkatan dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.

Alur Percakapan T-I-R-T-A

TIRTA didasarkan pada model coaching yang sangat terkenal dan sudah banyak digunakan, yaitu model GROW. GROW merupakan singkatan dari Goal, Reality, Options, dan Will. Pada tahap pertama, Goal (Tujuan), coach harus memahami apa yang ingin dicapai oleh coachee dalam sesi coaching ini. Tahap kedua, Reality (Kenyataan), melibatkan eksplorasi semua aspek yang terjadi pada coachee. Pada tahap ketiga, Options (Pilihan), coach membantu coachee untuk memilih dan memilah hasil pemikiran selama sesi yang akan dijadikan rencana aksi. Tahap terakhir, Will (Kemauan), adalah komitmen coachee untuk membuat dan melaksanakan rencana aksi tersebut.

TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
  • Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
  • Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
  • TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)

Guru berperan penting sebagai seorang coach dalam menciptakan suasana nyaman bagi murid. Dengan keterampilan komunikasi yang baik, guru dapat menumbuhkan rasa empati, kasih sayang, penghormatan, dan penghargaan antara guru dan murid.

Peran saya  sebagai coach di sekolah, kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional antara lain:

  1. Guru sebagai pendidik perlu memiliki keterampilan coaching untuk dapat mengoptimalkan potensi murid dengan memperhatikan kebutuhan mereka.
  2. Dalam proses coaching, murid diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai pembimbing tetap memberikan panduan dan arahan agar murid lebih terarah.
  3. Melalui proses coaching ini, guru dapat membantu murid mencapai tujuan mereka, yaitu merdeka dalam pembelajaran.

Keterampilan coaching berkaitan erat dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran, dan guru dapat menggunakannya sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan melalui proses bimbingan. Dalam proses coaching, guru berperan sebagai coach yang membimbing murid sebagai coachee dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk menggali potensi dan kemampuan murid, sehingga mereka dapat menemukan solusi bagi masalah mereka sendiri.

Coaching dalam konteks pendidikan:

  1. Coaching adalah salah satu proses yang digunakan untuk membimbing murid mencapai potensi alaminya.
  2. Sebagai seorang coach, guru memegang peranan penting dalam menciptakan suasana yang nyaman bagi murid dengan menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif. Hal ini membantu menumbuhkan rasa empati, kasih sayang, penghormatan, dan saling menghargai antara guru dan murid.

Guru dapat mengembangkan potensi dan kemampuan murid dengan mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional (PSE), menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, serta menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, profil, dan kesiapan mereka.

Sebagai coach, guru akan terus berusaha memahami kebutuhan belajar murid dan merancang proses pembelajaran yang dapat mengoptimalkan semua potensi murid-muridnya. Selain itu, dari segi sosial emosional, potensi murid juga dapat berkembang dengan baik.

Supervisi Akademik

Prinsip supervisi akademik dengan pendekatan coaching mencakup kemitraan dan proses kolaboratif antara supervisor dan guru, bertujuan untuk mengembangkan kompetensi individu secara terencana, reflektif, objektif, dan berdasarkan sasaran yang telah disepakati. Proses ini berkesinambungan dan komprehensif, mencakup tujuan dari supervisi akademik. Pelaksanaan supervisi akademik disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan sekolah, serta dilakukan dalam tiga tahapan: perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut. Pada tahap pelaksanaan, dilakukan observasi pembelajaran di kelas atau yang dikenal sebagai supervisi klinis. Tahap tindak lanjut melibatkan kegiatan langsung atau tidak langsung, seperti percakapan coaching, kelompok kerja guru di sekolah, fasilitasi dan diskusi, serta kegiatan lainnya yang memungkinkan guru belajar dan mengembangkan diri.

Refleksi

Emosi yang saya rasakan yaitu dorongan untuk belajar lebih giat dan memperdalam pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik, serta semakin sering melakukan praktik coaching. Saya berharap kemampuan saya sebagai coach akan semakin terasah dalam hal kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Tantangan yang dihadapi adalah menerapkan praktik coaching secara berkelanjutan dengan murid atau rekan sejawat untuk mengembangkan keterampilan coaching dalam supervisi akademik. Hal positif yang telah dicapai adalah pemahaman dan pencerahan mengenai materi coaching untuk supervisi akademik dan telah mempraktikkannya.

Yang perlu ditingkatkan adalah langkah-langkah yang bijak dalam mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee. Kompetensi dan kematangan diri yang relevan mampu mengoptimalkan kekuatan diri sebagai pendidik yang mampu menjadi coach dan melakukan coaching bagi orang-orang di sekitar.